Begundalz

KOMUNITAS 5 BEGUNDALZ dari Universitas Negeri Surabaya

Kamis, 09 Juni 2011

KUMPULAN PUISI Para Begundalz

    Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
   Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
   Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
   Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
   Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
   Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
   Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
   Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.


Contoh Puisi Dari Para 5 Begundalz :

Keyakinan Cinta

Sekian lama .....
Aku coba menyimpan cinta
Aku coba menyimpan rasa
Di dalam lubuk hatiku yang merana

                                 Setiap kali aku mencoba
                                 Tuk menahan rasa 
                                 Aku berusaha tuk menyimpannya
                                 Namun apalah daya
                                 Hatiku tak kuat tuk menahannya

                                                                Kini kau tau perasaanku
                                                                Dan kini kau semakin dekat denganku
                                                                Hatiku semakin yakin padamu
                                                                Kau adalah cintaku
                                                                Kau adalah pujaan hatiku
                                                                dan kau hanyalah untukku

Kita adalah Pemilik Sah Republik ini


Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur.

Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku?"

Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangat untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada pilihan lagi. Kita harus
Berjalan terus


Diriku,Dirimu,dan Dirinya

Terkekang baja kegelisahan
Membakar senyum penuh dera
Berserakan gemertak nafas
Menghujam dengan tajam pedang
Ku terpaku dalam kebisuan
Mengobarkan kerak tanda tanya
Bergolakkan getah remukan
Di setiap gemulai kenangan
Ketika warnaku memudar
Dirimu membiaskan bunga berseri
Canda,tawa,manis,bersahaja
Menyulam hari-hari bermakna
Namun kusadari sesuatu
Dirimu bagai mawar bertuan
Dirinya bak tampan lukisan cinta
Merajut penuh kasih sayang
Terpancar cahaya fajar
 Mengikat harum pesona
Kini berkumandang berjuta siratan
Senja,fajar,dan terang
Di antara diriku,dirimu,dan dirinya



 Sang Bintang


Dalam gelap aku terlelap
Jiwa membisu penuh lara
Alunan penat menggugah kesunyian
Ditengah derai percikan kerinduan
Sebuah mimpi siratkan makna pada kalbu
Bercampur deru arus kebimbangan
Aku termenung dalam ratapan
Menatap langit dengan bayang kepedihan
Kau bak sang bintang
Hadir membelai jiwa yang hampa
Mengusik jerah dengan senyuman
Memeluk  langkah penuh pesona
Pelitamu pancarkan berjuta arti
Memendam setiap desah lamunan
Waktu terlena saat menanti
Sebuah kisah memetik sang bintang
Sungguh...
Lambaianmu biaskan warna dihati
Menghapus perih yang menggebu
Sirnakan ruang kerasnya keraguan
Dalam melodi merdu jantungku 

 Balada


Aku tertunduk mati
Riuh seakan tuli
Umur terasa tak berarti
Menyambar jantung hati

Angan terbang melambung
Menggores tinta kehilangan
Resah memeluk malam
Ibarat balada yang tersesat

Salahkah aku?...
Egokah aku?...

Hanya dirimu bintangku
Akhir sebuah pilihan
Takkan terganti dalam mimpi
Isyarat janji kesetiaan



Janji Tak Bertepi

Biar bumi menelantarkanku
Meski surya mengucilkanku
Walau bulan mengabaikanku
Namun janji takkan melupakanku

Ku daki berjuta pelangi
Mengarungi rimba kerikil
Terpenjara dalam gurun letih
Hanya demi meraih mimpi

Waktu berdegup mengikis haluan
Bergemuruh diantara celah kesabaran
Ku robohkan dengan nyanyian kerinduan
Walau akhir hanya menyisakan serpihan

Inilah janji tak bertepi
Berhembuskan wangi surgawi
Meski terhalang gelombang jeruji
Kau tetaplah sang dewi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar