Begundalz

KOMUNITAS 5 BEGUNDALZ dari Universitas Negeri Surabaya

Jumat, 10 Juni 2011

Pengertian Novel


Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya– karya novel.
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya.
Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi – definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
2.      Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
3.      Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).
4.      Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd)

B.      Unsur-Unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah :
  1. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik ini terdiri dari :
a. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
b. Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).

Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
2.      Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
3.      Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
f. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
  1. Unsur Ekstinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di luar unsur intrinsic. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd).

Bung Karno, Sosok Tak Tergantikan di Indonesia

      Bung Karno merupakan pendiri bangsa sekaligus orang yang sangat penting dalam berdirinya negara ini. Atas berkat jasa beliau dan para pahlawan, negeri ini berdiri dengan dasar yang sah yaitu Pancasila. Dasar negara yang lahir di negeri penuh keragaman ini. Pancasila sebagai dasar negara telah mewakili semua elemen dan berbagai lini masyarakat Indonesia. Dengan di bentuknya Pancasila sebagai dasar negara, keberagaman yang ada di negeri ini telah membaur menjadi satu yaitu Indonesia.
     Sosok beliau sangat menginspirasi generasi muda, dan dengan pidato-pidato nasionalismenya telah membakar semangat para pemuda Indonesia. Pidatonya telah menyatukan tekad dalam mengusir para penjajah. Ada beberapa kutipan pidato bung Karno yang dapat membakar semangat kita semua sebagai pemuda.

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)

“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)

     Beberapa pidato bung Karno mampu mengingatkan kita akan perjuangan beliau dan semangat nasionalimenya. Pidato Bung Karno pada masa itu telah menyedot rakyat untuk menghadiri, atau bahkan sekedar mendengarkannya di radio. Pidato yang menggebu-gebu telah membangkitkan semangat perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajah dan menjadi negara yang merdeka.
     Jasa beliau tak sekedar memerdekakan negeri hingga seperti saat ini. Jauh dari itu, nama beliau terdengar di seluruh dunia lewat perannya sebagai salah satu pendiri gerakan non blok. Gerakan yang tak berpihak pada blok timur dan barat ini telah mengispirasi banyak negara. Gerakan ini dimulai dari rapat yang bertempat di bogor dan menghasilkan Dasa Sila Bandung, yang kemudian berkembang menjadi KTT Asia-Afrika. Selain itu beliau telah menginspirasi berbagai negara di Asia dan Afrika untuk bebas dari penjajahan bangsa asing.
     Beliau juga sangat benci dan anti pada orang barat dan kebudayaan barat. Beliau juga sangat benci pada Malaysia yang pada saat itu menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB. Sehingga kebencian itu menyeruap menjadi perseteruan serumpun. Pidato beliau yang terkenal adalah mengenai “Ganyang Malaysia” telah mengobarkan semangat nasionalisme kebangsaan. Beliau mampu membakar semangat rakyat untuk tidak mau diremehkan oleh bangsa asing khususnya negara tetangga. Dipenjuru negeri semua rakyat menyerukan “Ganyang Malaysia” sebagai wujud kebencian dan pembelaan pada tanah air yang telah diremehkan oleh bangsa asing.
     Mungkin saat ini sosok beliau sulit untuk digantikan. Beliau yang sangat cinta pada tanah air dan jiwa nasionalisme yang tinggi telah memberikan semangat pada kita. Beliau telah memberikan secuil harapan generasi pemuda untuk membangun negeri ini, Indonesia. Perjuangan beliau dan para pahlawan dalam membangun dan mendirikan negeri ini sangat besar dan bahkan tak dapat ditukar dengan apapun. Perjuangan tulus ihklas untuk kemerdekaan Indonesia. Perjuanagn sampai titik darah penghabisan telah mereka lakukan. Lantas apakah kita hanya diam diri dalam mengisi kemerdekaan saat ini. Negeri ini dibangun dengan keringat darah para pahlawan. Apakah kita hanya diam diri dan pasif dalam menjalani hidup ini???. Apakah kita tidak malu, kepada beliau dan para pahlawan???. Apakah kita tidak malu jika di katakan sebagai generasi muda yang lupa akan perjuangan para pahlawannya????
     Jiwa nasionalisme beliau sangat tinggi dan patut untuk dicontoh oleh generasi muda saat ini. Beliau merupakan orang Indonesia yang membuat aku bangga lahir dinegeri ini. Ternyata negeri ini memiliki pemimpin yang hebat dan jiwa nasionalisme yang tinggi. Aku sangat kagum kepada beliau. Semoga, suatu saat nanti aku dapat memberikan yang terbaik untuk negeri ini, sebagai hormat ku pada beliau.

Tentang Pantun

Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).

Ciri-ciri pantun adalah :
a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
c. Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
e. Beralun dua.

Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi :
a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).

Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi :
a. Pantun anak-anak
- pantun bersuka cita
- pantun berduka cita
b. Pantun muda
- pantun perkenalan
- pantun berkasih-kasihan
- pantun perceraian
- pantun beriba hati
- pantun dagang
c. Pantun tua
- pantun nasehat
- pantun adat
- pantun agama
d. Pantun jenaka
          e. Pantun teka-teki

Pidato & Pidato Sambutan


A. Definisi / Pengertian Pidato
     Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
     Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.

B. Tujuan Pidato
        Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.


C. Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
     Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.


D. Metode Pidato
      Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
1. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalkannya kata per kata.
2. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.
3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.

E. Persiapan Pidato
     Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.
F. Kerangka Susunan Pidato


Skema susunan suatu pidato yang baik :

1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

Unsur - Unsur Puisi


    Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
   Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
   Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
   Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
   Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
   Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
   Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.

      Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut :
(1)   Tema/makna (sense);  
       media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2)   Rasa (feeling),
       yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3)   Nada (tone),
        yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention);  
       sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

          Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut :
(1)   Perwajahan puisi (tipografi),
       yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2)   Diksi,
      yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3)   Imaji,
      yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4)   Kata kongkret,
      yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5)   Bahasa figuratif,
       yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6)   Versifikasi,
        yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Yang Membedakan Puisi dari Prosa

      Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
     Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
     Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987)
     Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung.

Kualitas yang Harus Dimiliki Seorang Pembicara yang Berbahasa

       Ada 13 kompetensi yang penting untuk dimiliki oleh seorang pembicara  terutama dari jurusan Bhasa Indonesia. yaitu harus memiliki 13C :
  1. Confidence - Kemampuan membangun rasa percaya diri untuk melakukan presentasi secara prima.
  2. Contruction - Kemampuan menyusun materi pembicaraan.
  3. Credibility - Kemampuan bersikap dan berperilaku secara profesional saat melakukan presentasi.
  4. Capture - Kemampuan membuka sesi yang menarik perhatian hadirin.
  5. Connection - Kemampuan membangun dan membina hubungan baik (rapport) dengan hadirin.
  6. Coherence - Kemampuan menyusun struktur dan alur presentasi secara efisien dan efektif.
  7. Cogency - Kemampuan mengisi alur presentasi dengan materi yang meyakinkan.
  8. Content - Kemampuan membuat materi presentasi yang efektif dan impresif.
  9. Channel - Kemampuan menggunakan media komunikasi secara optimal.
  10. Character - Kemampuan menampilkan karakter melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang menunjang presentasi.
  11. Conversation - Kemampuan menyusun percakapan yang menarik.
  12. Creativity - Kemampuan membangun atmosfer sesi yang kreatif yang mendukung presentasi.
  13. Conclusion - Kemampuan menutup presentasi secara efisien, efektif , dan impresif.

Sastra sebagai Rekayasa Bahasa

     Bahasa adalah sesuatu yang teramat penting keberadaannya bagi manusia. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi satu dengan yang lain, baik komunikasi lisan maupun tulis,termasuk di dalamnya sastra dan bukan sastra.
     Sastra tidak tidak dapat dilepaskan dari bahasa sebab bahan pokok sastra adalah bahasa. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sastra tidaknya sebuah karya sastra amat bergantung pada kemampuan pengarang dalam menggunakan bahasa. sastra terlahir dalam kepentingan dan fungsinya untuk berkomunikasi. karena bahasa adalah alat komunikasi yang efektif maka sastra yang merupakan buah karya pengarang juga disampaikan dengan bahasa.meskipun ada hal yang sangat rumit dengan persoalan bahasa dalam karya sastra ini, namun kekhasan bahasa sastra menjadi bagian yang penting dalam pembicaraan sastra.
      Teks sastra sebagai realitas atau model yang dihadirkan kepada pembaca, didalamnya pastilah sudah berpotensi komunikatif. pemilikan potensi tersebut ditandai dengan digunakannya lambang kebahasaan didalamnya. lambang kebahasaan dalam teks sastra, sebagai sesuatu yang hadir melaluinmotivasi subjektif pengarang, pemaknaannya juga merujuk pada sesuatu yang lain di luar struktur yang ada pada teks itu sendiri. pengarang, kali pertama, terikat oleh bahasa. bahasa yang telah memiliki makna itulah yang diolahnya menjadi karya kreatif sehingga makna bahasa dalam teks sastra cenderung berbeda dengan makna di luar teks. itulah sebabnya, upaya pemahaman terhadap teks sastra juga cenderung beragam.

Kamis, 09 Juni 2011

Pengertian Fonologi


       Pengertian Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone 'bunyi' dan 'logos' tatanan, kata, atau ilmu' dlsebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian.
      Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suate bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.

     Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

     Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.
Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :

1. udara,
2. artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3. titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.


Vokal dan Konsonan
      Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan. Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .

Diftong
      Diftong adalah dua vokal beurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Diftong dalam babasa Indonesia adalah ai ,au, dan oi.
     Contoh : petai, lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau, amboi.

Fonem dan Pembuktiannya
     Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras minimal.
Contoh :
- pola & pula  rnembedakan /o/ dan /u/
- barang & parang  membedakan /b/ dan /p/

Fonem dan Huruf
     Bahasa Indonesia memakai ejaan fonemis, artinya setiap hunuf melambangkan satu fonem. Namun demikian masih terdapat fonem-fonem yang dilambangkan dengan diagraf (dua hunuf melambangkan satu fonem) seperti ny, ng, sy, dan kh.
     Di samping itu ada pula diafon (satu huruf yang melambangkan dua fonem) yakni huruf e yang digunakan untuk menyatakan e pepet dan e taling.

     Huruf e melambangkan e pepet terdapat pada kata seperti : sedap, segar, terjadi. Huruf e melambangkan e taling terdapat pada kata seperti : ember, tempe, dendeng

Jenis - Jenis Karya Sastra Indonesia 2

KESUSASTRAAN; berasal dari bahasa sansekerta yaitu susastra yang berarti indah. Jenis karya sastra dapat dibagi menjadi tiga; puisi, prosa dan drama.
PUISI : Salah satu jenis karya sastra yang memiliki unsur sajak, bait, baris dan tipografi.
Ciri-ciri puisi :
  1. Terdiri dari beberapa bait
  2. Memiliki pencitraan
  3. Memiliki sajak/rima
  4. Memiliki tipografi
  5. Memakai konotasi
  6. Bahasa lebih padat
PROSA : Salah satu jenis karya sastra yang berupa karangan yang mencritakan tentang kehidupan manusia dan tidak terikat oleh unsur-unsur dalam puisi.
Ciri-ciri prosa :
  1. Berbentuk bebas dalam susunan paragraf
  2. Tidak terikat pada bentuk puisi
  3. Memiliki unsur intrinsik
DRAMA : Salah satu jenis karya sastra yang dimainkan sekelompok orang kemudian dipentaskan di atas panggung.
Ciri-ciri drama :
  1. Terdapat pemeran tokoh cerita
  2. Dialog lebih dominan dan ditampilkan dalam bentuk lisan
  3. Dopentaskan berupa gerak, mimik dan suara
  4. Terdapat babak dan adegan
  5. Terdapat gambaran panggung
  6. Memiliki properti

Jenis - Jenis Karya Sastra Indonesia 1

Jenis karya sastra di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu drama, prosa, dan puisi

Drama
      Istilah drama berasal dari kata drame, sebuah kata dari Bahasa Perancis yang diambil untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah di Perancis.


Dalam buku Webster’s New Collegiate Dictionary, dinyatakan bahwa drama merupakan karangan berbentuk prosa atau puisi yang direncanakan bagi pertunjukkan teater (Henry Guntur, 1984). Drama (Yunani) merupakan jenis karya sastra yang ada bagian tertentu yang diperankan oleh aktor/aktris.
Definisi Drama
1. Drama adalah kualitas komunikasi. Situasi, dan action
2. Drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action)
3. Drama menurut Brander Mathews adalah konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
4. Drama menurut Ferdinand Brunetierre adalah melahirkan kehendak manusia lewat action.
5. Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton (audience).

Teori Asal Mula Drama menurut Brockett :
       Drama berkembang dari upacara religius primitive yang dipentaskan untuk minta pertolongan dewa Hymne pujian yang dinyanyikan bersama di depan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.
       Drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah tentang perburuan/peperangan atau perbuatan yang luar biasa seseorang pahlawan yang telah gugur. Dalam pementasan sebuah drama, ada tiga unsur yang penting yang mempengaruhi keberhasilan pementasan. Tiga unsur tersebut adalah sutradara, pemain, dan penonton. Pementasan drama dapat menggunakan berbagai media seperti panggung, film, atau televisi. Kadang pementasannya dikombinasikan dengan musik dan tarian.

Naskah
      Naskah lakon sebenarnya juga memiliki kekayaan tersembunyi untuk dianalisis baik untuk kepentingan panggung (teater), maupun kepentingan sastra. Menurut :

A. Teeuw (Pengamat sastra modern kita yang berasal dari Belanda /1984),
         menggunakan analisis struktural guna membongkar dan memaparkan secara
cermat, teliti, detail aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh.

Penulis Drama di Indonesia

         Para penulis drama Indonesia antara lain, Asrul Sani (satu diantara “Tiga Menguak Takdir “). Selain Asrul Sani anggota Tiga Menguak takdir adalah Chairil Anwar dan Rivai Apin. Asrul Sani hanya tampil sebagai sutradara panggung dan penyusun naskah terjemahan dari Jean Paul Sartre atau Lorca. Asrul Sani merupakan pelopor sastra angkatan 45. Penulis sastra lainnya adalah WS Rendra dengan karyanya Kereta Kencana “ Eugene Ionesco atau Oedipus dari Sophokles), Riantarno, Arifin C Noer, Iwan Simatupang, Utuy T Sontani, Motinggo Boesje, Sitor Situmorang, Wisran Hadi (Malin Kundang).

Perbedaan Drama dan Teater
       Drama adalah kisah kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, didasarkan pada naskah yang tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian atau Tarian.
       Teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya teater, wayang orang, ketoprak,ludrug, topeng, lenong, sulap dll .

PROSA
        Prosa adalah suatu jenis tulisan yang berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin " prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. Prosa dibagi menjadi dua, yaitu Roman dan Novel.Roman adalah cerita yang mengisahkan tokoh sejak lahir sampai meninggal, Sedangkan novel hanya mengisahkan sebagian kehidupan tokoh yang mengubah nasibnya.
       Istilah roman mulai berkembang sejalan dengan munculnya karya sastra Indonesia modern sejak Balai Pustaka. Pada periode tersebut, terbit karya-karya sastra yang monumental seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, dan sebagainya. Karya-karya prosa itu disebut roman-roman periode Balai Pustaka. Pada periode selanjutnya yaitu periode Pujangga Baru, muncul pula karya sastra prosa yangdisebut roman seperti Layat Terkembang, Belenggu, dan sebagainya.
       Pada saat itu, istilah novel belum popular. Bahkan, karya-karya Hamka pun seperti Di Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya kapal Van der Wijk yang terbit setelah periode 1945 masih digolongkan ke dalam roman meskipun saat itu istilah novel mulai dikenal. Buku-buku yang menggunakan istilah roman di antaranya Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern karangan Aning Retnaningsih, Ikhtisar Sejalan Sastra Indonesia karya Ajip Rosidi, Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi karangan Liberatus Tengsoe Tjahyono. Sedangkan novel mulai banyak dibicarakan sekitar tahun 50-an.

Ciri Novel yang membedakannya dengan karya sastra lainnya :
 
1. Novel adalah karya sastra berjenis narasi.
2. Novel adalah karya sastra berbentuk prosa.
3. Novel adalah karya sastra yang bersifat realis, artinya menceritakan kehidupan tokoh secara nyata, tanpa disertai peristiwa-peristiwa yang gaib dan ajaib. Umumnya novel merupakan tanggapan pengarang terhadap lingkungan sosial budaya sekelilingnya.
4. Novel adalah karya sastra yang berfungsi sebagai tempat menuangkan pemikiran pengarangnya sebagai reaksinya atas keadaan sekitarnya. Dalam aliran imprisionisme, pengarang menempatkan dirinya dalam kehidupan yang diceritakan. Perenungan-perenungan pembaca setelah membaca sebuah novel akan tiba pada sebuah pemikiran baru tentang makna hidup.

PUISI
        Adalah tulisan atau salah satu hasil karya sastra yang berisi pesan yang memiliki arti yang luas. Untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam sebuah puisi, seseorang perlu mengartikan dan memahami betul secara detil maksud kata-kata yang ada dalam bait-bait puisi

Struktur Kalimat Bahasa Indonesia

Kalimat adalah Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.
 
Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.


1.Ciri - ciri Subjek
  • Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
    Contoh :
    1. Juanda memelihara binatang langka
    Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
    memelihara adalah )

    Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban

    2.
    Meja itu dibeli oleh paman.
    Apa dibeli ? = jawab Meja
¨ Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku

S P

 

2 Ciri-Ciri Predikat

¨ Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
¨ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3 Ciri-Ciri Objek

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
¨ Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
¨ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
¨ Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4 Ciri-Ciri Pelengkap

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
· Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)




5 Ciri-Ciri Keterangan

Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

Ragam Bahasa Indonesia

     Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.


Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan.

Macam-macam ragam bahasa :
  1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
  2. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
  3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
  4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
  5. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
  6. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
  7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
  8. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
  9. Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya.
  10. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.
  11. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan. (http://eziekim.wordpress.com/)

KUMPULAN PUISI Para Begundalz

    Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
   Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
   Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
   Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
   Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
   Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
   Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
   Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.


Contoh Puisi Dari Para 5 Begundalz :

Keyakinan Cinta

Sekian lama .....
Aku coba menyimpan cinta
Aku coba menyimpan rasa
Di dalam lubuk hatiku yang merana

                                 Setiap kali aku mencoba
                                 Tuk menahan rasa 
                                 Aku berusaha tuk menyimpannya
                                 Namun apalah daya
                                 Hatiku tak kuat tuk menahannya

                                                                Kini kau tau perasaanku
                                                                Dan kini kau semakin dekat denganku
                                                                Hatiku semakin yakin padamu
                                                                Kau adalah cintaku
                                                                Kau adalah pujaan hatiku
                                                                dan kau hanyalah untukku

Kita adalah Pemilik Sah Republik ini


Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur.

Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku?"

Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangat untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada pilihan lagi. Kita harus
Berjalan terus


Diriku,Dirimu,dan Dirinya

Terkekang baja kegelisahan
Membakar senyum penuh dera
Berserakan gemertak nafas
Menghujam dengan tajam pedang
Ku terpaku dalam kebisuan
Mengobarkan kerak tanda tanya
Bergolakkan getah remukan
Di setiap gemulai kenangan
Ketika warnaku memudar
Dirimu membiaskan bunga berseri
Canda,tawa,manis,bersahaja
Menyulam hari-hari bermakna
Namun kusadari sesuatu
Dirimu bagai mawar bertuan
Dirinya bak tampan lukisan cinta
Merajut penuh kasih sayang
Terpancar cahaya fajar
 Mengikat harum pesona
Kini berkumandang berjuta siratan
Senja,fajar,dan terang
Di antara diriku,dirimu,dan dirinya



 Sang Bintang


Dalam gelap aku terlelap
Jiwa membisu penuh lara
Alunan penat menggugah kesunyian
Ditengah derai percikan kerinduan
Sebuah mimpi siratkan makna pada kalbu
Bercampur deru arus kebimbangan
Aku termenung dalam ratapan
Menatap langit dengan bayang kepedihan
Kau bak sang bintang
Hadir membelai jiwa yang hampa
Mengusik jerah dengan senyuman
Memeluk  langkah penuh pesona
Pelitamu pancarkan berjuta arti
Memendam setiap desah lamunan
Waktu terlena saat menanti
Sebuah kisah memetik sang bintang
Sungguh...
Lambaianmu biaskan warna dihati
Menghapus perih yang menggebu
Sirnakan ruang kerasnya keraguan
Dalam melodi merdu jantungku 

 Balada


Aku tertunduk mati
Riuh seakan tuli
Umur terasa tak berarti
Menyambar jantung hati

Angan terbang melambung
Menggores tinta kehilangan
Resah memeluk malam
Ibarat balada yang tersesat

Salahkah aku?...
Egokah aku?...

Hanya dirimu bintangku
Akhir sebuah pilihan
Takkan terganti dalam mimpi
Isyarat janji kesetiaan



Janji Tak Bertepi

Biar bumi menelantarkanku
Meski surya mengucilkanku
Walau bulan mengabaikanku
Namun janji takkan melupakanku

Ku daki berjuta pelangi
Mengarungi rimba kerikil
Terpenjara dalam gurun letih
Hanya demi meraih mimpi

Waktu berdegup mengikis haluan
Bergemuruh diantara celah kesabaran
Ku robohkan dengan nyanyian kerinduan
Walau akhir hanya menyisakan serpihan

Inilah janji tak bertepi
Berhembuskan wangi surgawi
Meski terhalang gelombang jeruji
Kau tetaplah sang dewi